akhir-akhir ini
tak sedikit orang yang aku jumpai mengalami kegalauan berkepanjangan dalam menentukan masa depannya, terutama para mahasiswa tingkat akhir yang sedang bergelut dengan skripsinya. penamaan kondisi dengan sebutan "galau" adalah karena aku merasa tepat sesuai dengan trending topik di beberapa jejaring sosial saat ini. kata galau sering digunakan untuk menggambarkan akumulasi dari kecemasan, kekecewaan, nelangsa, bingung, ironis, sedih, patah hati, melankolis, putisasi, mendramatisir dan rasa-rasa sejenisnya.
pencitraan terhadap kata galau akan semakin kuat bilamana penderitanya mampu memunculkan sisi melankolis praktis seperti pandai membuat puisi, membuat cerita sedih, suka mendengar lagu melankolis, sering menyendiri, memasang wajah penuh aura kehitaman, suram, senyuman hilang, rambut acak-acakan tak karuan, wajah berminyak, update status difacebook serba dalam kata-katanya. namun tidak sedikit yang sedang menghadapi masa galau menjadi orang yang lebih aktif, lebih dinamis, lebih sombong, lebih gila, selalu berbuat sesuatu diluar batas kewajaran seperti makan dengan porsi dua kali lebih banyak, berkendara dengan kecepatan dua kali dari biasanya, belanja dengan frekuensi yang lebih sering, atau hanya sekedar tertawa keras-keras dan terkesan memaksa walaupun hal yang diperbincangkan tidaklah terlalu lucu. dan masih banyak lagi kelakuan seseorang yang diluar dari konteks kewajaran apabila dia sedang dilanda rasa yang disebut "galau" tersebut.
maka orang yang ketemui itu hampir kebanyakan menggalau karena skripsi, mulai dari pengajuan judulnya, sibuk nyari judulnya, malas buat proposalnya lah, atau ada yang lebih ironis lagi. masih ngulang kuliah untuk memperbaiki nilai padahal disaat bersamaan teman-temanya yang lain udah pada nyusun ( baca: menulis) skripsi.
hidup ini memang penuh misteri, hukum roda memang benar adanya. dan roda selalu berputar dihidupku, baik roda sepeda maupun roda kehidupan. sebelumnya aku selalu menjadi orang yang selalu memberikan semangat bagi kawan, adik-adik dan orang-orang disekitar tentang mencapai masa depan yang lebih baik, dan menyemangati untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya, termasuk juga untuk menyegerakan tamat dari kampus untuk berbakti kepada negara. Namun, saat kakiku setengah telah berada diluar kampus dalam artian sudah semester terakhir, aku malah menghadapi kegalauan aneh berkepanjangan, dan saat itu muncul orang-orang disekitarku yang memberikan arahan, motivasi, semangat dan semacamnya buatku agar aku memiliki semangat seperti mereka untuik berbakti kepada nusa dan bangsa secepatnya. aku sempat menjadi orang yang tidak atau harus kemana, dan tidak tau harus berbuat apa. sempurnalah kegalauan yang tidak kenal usia.
setelah menjadi sarjana seharusnya galau itu tidak ada lagi, namun Tuhan bekehendak lain.,, akau makin galau, malah aku mengalami peninggatakan selain menggalaukan diri, banyak orang dekat menggalau saja setelah melihatku, menjadikanku alat sebagai penampung emosi yang tak terhingga. pernah berada diposisi mereka membuatku ingin melalukan yang lebih baik lagi. Minimal aku harus mengucap hal- hal yang berbau petuah dan bersemangat. membangkitan imajinasi kepada mereka tentang seribu satu jualan terpampang jika kamu selesaikan sripsi secepatnya.
No comments:
Post a Comment