Tuesday, August 11, 2020

Selamat datang kembali

Mungkin aku perlu sekali lagi menyambut diri sendiri ini atas kembalinya diriku dalam dunia blog dan dunia penulisan ini. apa yang membuatku kembali? entahlah. Sampai sekarang aku belum menemukan alasan pasti. Dalam keadaan seperti sekarang ini ditengah- tengah kondisi thesisku yang tidak kunjung terselesaikan. apakah ini sebuah pelarian? kalau iya, mungkin ini sebuah pelarian yang salah.

Menulis dalam blog rasanya seperti memiliki lawan bicara yang bisu. Namun kadang kala seperti sedang berbicara dengan diri sendiri. Apakah kalian merasakan hal yang sama? sesungguhnya aku bertanya hanya ingin  memastikan bahwa  bukan aku satu-satunya yang berpikir demikian. hehehe.

Apakah aku kesepian sehingga harus menuliskan hal yang kelihatan seperti curhatan ini? tentu saja. Aku yakin kamu yang sedang membaca tulisan ini juga merasakan hal yang sama, ataupun kamu sedang begitu banyak waktu sehingga terus membaca tulisanku yang ngalor ngidul ini. Siapakah yang paling aneh, aku atau kamu? Hayooo Jawab.

ehmmm, selagi aku mengetik ini, otakku berpikir. Ternyata aku ingin menulis untuk mengungkapkan hal hal yang tidak bisa aku ungkapkan lewat lisan. Bukan karena aku kehilangan suara atau tidak pandai lagi berbicara. Namun, seiring bertambah tua, aku menjadi semakin malas untuk berbicara panjang lebar atau menjelaskan panjang lebar tentang hal apapun kepada orang-orang. Memang sih ini tidak berlaku mutlak, karena kadang kalau kalian berjumpa denganku mungkin aku masih sangat cerewet bercerita ini itu tanpa jeda koma ataupun titik. Tapi selebihnya bersama orang-orang yang aku anggap tidak mau memahamiku, berbicara atau berdiskusi menjadi hal yang enggan aku lakukan. By the way, aku seperti bangga dengan diri sendiri atas pemikiran seperti ini. Apaan sih kamu (mengata-ngatai diri sendiri sekali lagi)

hei, ngomong ngomong aku mulai mengantuk, ini sudah jam 02.23. Aku seharusnya sudah di atas kasur dan bermimpi indah. Tapi kalian terus membaca tulisanku. Tidak! aku tidak menyalahkan kalian. tapi ini terasa seperti sedang menulis surat untuk seorang teman dan kalian yang membaca ini terasa seperti temanku. wah, ternyata kita bisa cepat akrab ya. hati-hati kalian! aku adalah tipe orang yang bisa bercerita banyak hal tanpa henti kepada kalian bila menjadi temanku hingga kalian merasa bosan mendengarnya. Apakah kalian sudah mulai menyerah membaca tulisan ini? kenapa? apakah karena tulisan ini tidak punya inti cerita atau karena kalian takut menjadi akrab denganku?

Ya sudah tidur sana. jangan dibaca lagi. sudah cukup ya. aku juga ingin tidur. 

Selamat malam dan welcome Me, for thousand times.


Sunday, May 20, 2012

langit-langit hidup

kita punya semangat ini
yang mencambuk kita untuk maju, dengan mimpi yang menjadi anak tangga kita

mencoba melukis langit
ada warna biru, ungu, dan juga hitam
yang harus diterjemahkan

maka,
biarlah jemari ini menggoreskannya
bebaskan angan kita untuk menjadi bintang
yang menerangi langit-langit hidup

kematian

kuingin kematian itu datang perlahan
lambat mendekat, dan lembut menyentuhku
secara tak terasa mendekap dengan hangat
dan membawaku pergi dengan senyap
dengan keheningan yang penuh ketenangan.
Damai.
:)

raungan pilu

rentangan malam
hembusan malam
senyuman malam
jadikan satu dalam kerutan hatiku

benah sisiku
dan letakkan sandaran itu tepat di hatiku
dan aku akan merangkulmu
dengan segenap rasa yang membahana

kalau ini gila
maka biarlah bulan tersenyum
dan nikmatilah belaian kabut malam
jadikan suara berderit itu sebagai lagu
menjelang tidur kita, dalam jiwa yang terjaga

bebaskan belenggu asa ini, dan aku akan membebaskanmu dari kungkungan rinduku
kemudian lekas berbaliklah,,,
temukan dia penjaga api hidupmu
aliri dia dengan sengatan kasihmu
jangan pernah menoleh lagi kemari
setelah kisah ini ku kubur dalam raungan piluku.

Sunday, April 29, 2012

aku cemburu


Satu  kata dalam banyak sajak penuh rindu
Aku butuh kamu dalam diam semu
Seperti ini aku mengadu pilu
Hanya pada Tuhan Yang Maha Tahu
Kumerindu

Diam semu redam amarahku
Tapi biasnya masih bersisa di relung-relung jantung
Hawanya panas membakar hati
Ketika aku masih dilanda api
Begitulah ilusiku ketika melihat tawa candamu
Bersamanya, renyahnya gelak tawa kekasihmu
Aku cemburu

Pilu aku seperti tulangku remuk
Dan nyeri ini seperti tak bisa diabai
Tak ada penopang lagi untukku bersandar
Saat senyummu tak bisa lagi menjelajahi hari-hariku
Aku kehilanganmu

Rendamlah aku dalam bekunya es dikutub itu
Tapi jiwaku masih membara mengingatmu
Usilnya jiwaku masih saja tak mau tau
Meski kamu sudah ada pemilik
Aku tak perduli
Begitulah butanya aku dan cintaku untukmu
Seperti apa aku ini, yang menggila menahan rasa
Maka sejenak izinkan aku ungkap satu kata sajak mewakilkan semua
Ailoveyou.

sepotong cinta terakhir

Menjadi yang terbuang tidaklah enak, apalagi benar-benar dibuang. Rasanya seperti ingin  menghilang dari dunia ini saja. Bagaimanakah yang Tia rasakan? Adik perempuanku yang lahir setelah aku, divonis oleh dokter menderita psizofrenik di usianya yang ke 17 tahun. Sekarang sudah lebih setahun dia menderita penyakit tersebut. Apakah dia benar merasakan sangat terbuang sekarang? Semenjak penyakit tersebut menggerogoti kejiwaannya?
Handphoneku berdering jam 9 malam, mama meneleponku dari rumah. Suara mama tidak ceria seperti biasanya. Hanya menanyakan keadaanku sekenanya saja dan langsung meluapkan kekesalan  atas apa yang terjadi dirumah. Sebagai anak perempuan dan anak yang tertua sudah menjadi tugasku mendengarkan curhatan, keluhan kekesalah kedua orang tuaku. Kepada siapa lagi mereka bercerita kalau bukan kepadaku?
Mama ingin adik perempuanku di bawa kerumah sakit jiwa. Mama sudah tidak sanggup lagi merawatnya, mama sudah lelah, tidak ada kompromi lagi. Mendengarnya kepalaku seperti di hujam palu dan kejatuhan gunung seulawah. Tuhan, hal yang aku paling tidak ingin dengarkan, hal yang aku cemaskan terjadi, meskipun belum sepenuhnya.
Mama mengungkapkan kekecewaan karena papa tidak merespon sepenuh hati untuk pengobatan Tia. Sudah lama mama mengajak papa untuk membawa Tia berobat, baik secara medis maupun obat kampung, tapi papa tidak serius. Aku sendiri tidak bisa menyalahkan papa secara keseluruhan, karena papa juga sibuk dengan pekerjaannya. Aku hanya ingin mama sedikit lebih bersabar menghadapi adikku. Ya, hanya kesabaranlah yang sangat dibutuhkan saat sekarang ini. Dengan kondisi adikku yang sangat labil. Terkadang dia bisa menjadi begitu pendiam, terkadang dia marah-marah sendiri, terkadang dia bergumam sendiri seperti ada lawan bicara disampingnya, dan lebih parahnya dia semakin sering merusak barang-barang yang ada disekelilingnya.
Aku tidak tahu apakah dia benar-benar menderita penyakit tersebut. Perasaan yang paranoid terhadap apapun, kepada siapapun yang berada disekelilingnya bahkan kepada keluarganya dan kesadaran yang semakin hari semakin menurun membuatkku semakin hari mau tak mau mengakui gejala yang dia tunjukkan sama seperti indikasi psizofrenik paranoid.
Tetap saja aku masih meyakinkan diri sendiri, bahwa itu bukanlah hanya psizofrenik belaka, ada penyebab lain sehingga dia mengalami gejala seperti itu. Meskipun ini jaman modern yang tak selayaknya lagi berpikiran serperti yang aku pikirkan, tapi tetap saja itu masih terjadi, sehingga aku selalu memikirkannya ribuan kali, dan benar apa yang aku pikirkan sebenarnya terjadi.
Tia bukan hanya mengalami disorder kejiwaan, kata orang alim di sekitar kampungku, dia seperti di sambar oleh ilmu hitam, serpihan yang mengenainya. Apakah masih ada yang begituan di zaman serba canggih seperti ini? Kalau aku tidak pernah menyaksikan dengan mata kepala sendiri tentu aku juga tidak akan berbicara seperti ini dan meyakininya. Namun dari usiaku 9 tahun aku sudah terbiasa menyaksikan bagaimana ibuku mengalami kesakitan akibat diguna-guna. Dari semua anggota keluargaku, Tia lah yang paling lemah sehingga dia juga kena serpihan guna-guna dari ibuku. Sepintas lalu memang seperti sebuah lelucon, dengan pembahasan yang tidak sesuai dengan sains, tapi ini memang kenyataan, penyakit yang tidak bisa di definisikan dengan ilmu pengetahuan.
Saat sekarang ini aku hanya berfikir tentang perasaan Tia seandainya dia benar-benar dimasukkan ke rumah sakit. Mama sudah sangat serius sampai mengancam kalau akan pergi dari rumah kalau adikkku tidak dimasukkan ke rumah sakit. Aku benar-benar terpukul mendengarnya. Itu seperti bukan mama, bagaimana mama bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu? Mama yang biasanya sangat sabar, selalu survive akan masalah, selalu memberikan nasehat dan falsafah hidup, memotivasiku agar terus mengejar mimpi dan masa depan, kini mama menyerah. Mama, apakah aku tidak salah dengar ma? Sekali lagi gunung Himalaya jatuh ke atas kepalaku. Dan otakku jauh lebih sakit.
 Tuhan, ini cobaan atau hukuman? Berkali-kali aku bertanya dalam hati, dosa apakah di masa lalu yang dibuat oleh keluargaku, apakah salah Tia hingga dia menanggung ini semua? Dia masih sangat muda. Masa depannya masih sangat panjang. Tuhan, aku hanya tidak tahu harus bagaimana, sebesar apapun sayangku  dan ketulusanku untuk dia tetap saja aku tidak bisa berada di dekatnya. Aku tidak bisa merawatnya, setiap berada di dekatnya aku akan berubah menjadi sangat kasar dan pemarah, dan aku bisa saja mendiamkannya atas segala kelakuaannya yang sangat menjengkelkan, terlepas dia sadar atau tidak dengan kelakuannya tapi itu benar-benar menjengkelkan.
Aku mengambil keputusan untuk tetap merantau meskipun sudah menyelesaikan studiku juga karena tidak ingin berada di dekat dia. Bukan berarti aku membencinya, tapi berada di dekatnya membuatku juga ikut sakit, aku tidak tau mengapa. Tapi aku benar-benar merasakan kesedihan yang teramat dalam melihat kondisinya yang semakin hari tidak menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik.
Tuhan, apakah tidak ada jalan lain supaya adikku sembuh? Apakah memang harus dibawa ke rumah sakit? Bagaimana perasaan dia nanti? Apakah dia akan betah di sana? Mungkinkah dia sadar? Akankah dia merasa terluka? Merasa di buang? Tidak dibutuhkan? Tidak disayang lagi? Tidak dianggap? Semua pertanyaan ini menggelantung di kepalaku.
Aku bisa merasakan semuanya, meskipun belum terjadi sepenuhnya. Kadang aku ingin menjadi temannya, menjadi tempat dia bersandar, mengadu, berkeluh kesah, mempercayai masalahnya padaku. Tapi kenyataannya dia tidak pernah bercerita apa-apa padaku, dia lebih memilih memendam semua masalah, kesedihan, kegembiraan untuknya sendiri. Dia bahkan tidak percaya kepada siapapun di rumah, aku, adik lelakiku, mama, maupun papa. Tidak ada seorangpun di rumah yang tau pasti apa yang sebenarnya dia rasakan.
Melihat kondisinya kadang pikiran gilaku pun muncul. Sempat aku berpikir kenapa tidak Engkau cabut saja nyawanya Tuhan? Agar dia tidak menderita berkepanjangan seperti ini. Namun setelah itu aku mengutuki diri sendiri atas pikiranku. Dia saudaraku, dia adikku, berkali-kali aku meneriaki diriku sendiri, menyadarkan diri bahwa pikiran yang terlintas itu adalah hal yang tidak pantas dipikirkan oleh seorang kakak terhadap adik kandungnya.
Kadang aku merenungi perlakuan yang pernah diterima oleh adikku semasa kecilnya, terlebih dariku. Aku berfikir dari kecil sebenarnya hatinya sudah sangat terluka. Maka dari itu Tuhan aku mohon maaf. Tia, kak nyak minta maaf, untuk semua yang pernah kak nyak buat. Memarahimu, memukulmu, cemburu atas kasih sayang mama dan papa ke kamu, tidak pernah bersahabat denganmu, selalu menganggap kehadiranmu adalah pengganggu, mendiamkankanmu dan menganggap kamu tidak pernah ada. Kak nyak minta maaf, untuk semua tindakan yang mungkin tidak pernah bisa di maafkan. Meskipun kini sudah terlambat, tapi tetap ingin meminta maaf. Hanya ingin meringankan semua penyesalan dan rasa bersalah kepada adikku tersayang. Maafin kak nyak. L

Friday, January 27, 2012

terpuruk ku disini

hanya meminjam sepotong judul lagu dari kla project yang di sudah direcycle ulang dan dinyanyikan kembali oleh Ahmad Dhani feat Puri "Mahadewi". 
pasti kalian bertanya kan apa hubungannya?
sebenarnya aku sendiri juga bingung apa hubungannya karena niat awal hanya ingin menulis setelah sekian lama blog ini lama terpendam, tak terjamah. Berhubung aku menemukan tempat yang pas untuk menulis- the palace lamnyong- dibawah pohon rindang tengah hari dengan posisi duduk menghadap selokan sungai lamnyong. 
setidaknya aku ingin mengatakan bahwa duduk di tempat seperti ini sedikit terasa tentram terlebih jika orang-orang yang datang pun tidak terlalu ramai. Maka timbullah keinginan untuk menggoreskan sesuatu di buku mayaku (red;blog). 
sebenarnya kata terpuruk itu pas dengan keadaanku sekarang. bagiku sekarang waktu yang sangat terpuruk, duduk dipinggir selokan sungai, yang niat awalnya ingin melanjutkan tulisan bajaj dan bintang jadi tak terlaksana.
aku sibuk mencari inspirasi, dan akhirnya lalai dengan hal-hal lain, dan akhirnya terpuruk dengan sebuah lagu yang mengalau ungu-ungu kelabu, sesuai dengan suasana hati sialan yang agak sendu.
dan akhirnya terpuruk dengan sepenggal ide yang tak jadi. ohhh shitttt.
finally tulisan tidak jadi, disamping karena lalai, juga karena orang-orang disamping yang tak ada henti-hentinya usil, riuh, mengganggu.

Sunday, December 18, 2011

bad, damn, and suchlike

you really the fuckin' perfect

the hurting guy
the such thing, bad world
the shiiiiit guy.


for the while, 
in the silent thing
i try to erase all about you in my heart
erase about my feeling for you
but it's unless
so bad when i know you are wrong
but my heart keeping you deep.


still you that i need
to fill my life
painting full colour in my day
i'm still thingking about you
why it's happens?
why must you are.
why its doesn't you


one step closer to you
although one milions for us
but it feel so near
to catch you
to get you
to having you



tak tau arah = galau

akhir-akhir ini tak sedikit orang yang aku jumpai  mengalami kegalauan berkepanjangan dalam menentukan masa depannya, terutama para mahasiswa tingkat akhir yang sedang bergelut dengan skripsinya. penamaan kondisi dengan sebutan "galau" adalah karena aku merasa tepat sesuai dengan trending topik di beberapa jejaring sosial saat ini. kata galau sering digunakan untuk menggambarkan akumulasi dari kecemasan, kekecewaan, nelangsa, bingung, ironis, sedih, patah hati, melankolis, putisasi, mendramatisir dan rasa-rasa sejenisnya.
pencitraan terhadap kata galau akan semakin kuat bilamana penderitanya mampu memunculkan sisi melankolis praktis seperti pandai membuat puisi, membuat cerita sedih, suka mendengar lagu melankolis, sering menyendiri, memasang wajah penuh aura kehitaman, suram, senyuman hilang, rambut acak-acakan tak karuan, wajah berminyak, update status difacebook serba dalam kata-katanya. namun tidak sedikit yang sedang menghadapi masa galau menjadi orang yang lebih aktif, lebih dinamis, lebih sombong, lebih gila, selalu berbuat sesuatu diluar batas kewajaran seperti makan dengan porsi dua kali lebih banyak, berkendara dengan kecepatan dua kali dari biasanya, belanja dengan frekuensi yang lebih sering, atau hanya sekedar tertawa keras-keras dan terkesan memaksa walaupun hal yang diperbincangkan tidaklah terlalu lucu. dan masih banyak lagi kelakuan seseorang yang diluar dari konteks kewajaran apabila dia sedang dilanda rasa yang disebut "galau" tersebut.
maka orang yang ketemui itu hampir kebanyakan menggalau karena skripsi, mulai dari pengajuan judulnya, sibuk nyari judulnya, malas buat proposalnya lah, atau ada yang lebih ironis lagi. masih ngulang kuliah untuk memperbaiki nilai padahal disaat bersamaan teman-temanya yang lain udah pada nyusun ( baca: menulis) skripsi.
hidup ini memang penuh misteri, hukum roda memang benar adanya. dan roda selalu berputar dihidupku, baik roda sepeda maupun roda kehidupan. sebelumnya aku selalu menjadi orang yang selalu memberikan semangat bagi kawan, adik-adik dan orang-orang disekitar tentang mencapai masa depan yang lebih baik, dan menyemangati untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya, termasuk juga untuk menyegerakan tamat dari kampus untuk berbakti kepada negara. Namun, saat kakiku setengah telah berada diluar kampus dalam artian sudah semester terakhir, aku malah menghadapi kegalauan aneh berkepanjangan, dan saat itu muncul orang-orang disekitarku yang memberikan arahan, motivasi, semangat dan semacamnya buatku agar aku memiliki semangat seperti mereka untuik berbakti kepada nusa dan bangsa secepatnya. aku sempat menjadi orang yang tidak atau harus kemana, dan tidak tau harus berbuat apa. sempurnalah kegalauan yang tidak kenal usia.
setelah menjadi sarjana seharusnya galau itu tidak ada lagi, namun Tuhan bekehendak lain.,, akau makin galau, malah aku mengalami peninggatakan selain menggalaukan diri, banyak orang dekat menggalau saja setelah melihatku, menjadikanku alat sebagai penampung emosi yang tak terhingga. pernah berada diposisi mereka membuatku ingin melalukan yang lebih baik lagi. Minimal aku harus mengucap hal- hal yang berbau petuah dan bersemangat. membangkitan imajinasi kepada mereka tentang seribu  satu jualan terpampang jika kamu selesaikan sripsi secepatnya.

Saturday, December 3, 2011

aku ingin marah

rasanya sekarang panas loh, meskipun tidak ada api yang menyala disekitar, dan matahari sedang tidak terik sekarang, karena sedang malam. tapi kenapa aku panas yak?
aku sedang marah, emosi sedang senang bermain di kepala. siapa yang suruh? tidak ada. kemudian aku berkomunikasi lagi dengan diriku sendiri didalam hati, bolehkah aku marah? dan hatiku katakan tidak, dan otakku masih panas, maka separuh hatiku bilang iya.
kata separuh hatiku yang kanan, marah tidak ada gunanya, hanya akan memperburuk suasana. sedangkan hati kiriku bilang aku harus melampiaskan amarahku dengan apapun dan bagaimanapun caranya, agar perasaanku lebih lega dan masalah tidak menumpuk dikepala dan mengurangi stres akibat terlalu menahan amarah.

Sunday, November 27, 2011

rinduku

rinduku yang berkarat
aku kiki sedikit demi sedikit
demi merasakan kembali rasa rindu

rinduku sekarat
belum ada obat
tak kuat diinfus
oleh cairan berkalium itu

rinduku semakin berat
layaknya jangkar penahan kapal
yang tak bisa bergerak dari dermaga

rinduku kepalang tanggung
tak kuperduli hati sakit
ku perduli batin teriris
ada baiknya rinduku take of
terbang melayang
ditutup awan

dikamar sempit 3 x 5, prada 1, banda aceh. 5th november 2011

Sunday, November 13, 2011

menjelang tidur

kantuk
terasa
bingung yang terasa
tak ada apa-apanya
hanya ini
ketidaktauan

*kebingungan menulis apa

kamar sempit di prada, Banda Aceh 24th october 2011