Saturday, April 16, 2011

segurat emosi

mungkin mama benar, aku tidak cocok menjadi psikiater, walaupun sebagian besar teman selalu berpikir berbeda dengan mama karena penampilan luarku yang tenang dan senang memberikan nasehat dan ceramah panjang lebar kepada yang membutuhkan, bahkan terkesan sangat mengayomi(itu semua kata teman-teman loh). mama tau aku luar dalam, yang mempunyai emosi meledak-ledak dan mudah marah jika punya masalah berlarut tanpa ada penyelesaian  meskipun aku sering menjadi tempat berkeluh kesah para temanku. 
akhir-akhir ini terasa perubahan dari tingkat emosiku, yang berfluktuasi sangat cepat. aku mudah meledak, mudah jenuh, mudah marah hingga kadang merasa ingin menelan orang yang sering membuatku marah itu hidup-hidup. tak semua teman-temanku menyadarinya, karena aku jarang mengungkapkan apa yang aku rasakan secara terang-terangan. ternyata itu benar adanya sangat menyiksa, aku terlalu diam selama ini, terlalu memendam banyak hal, masalah keluarga, masalah kuliah, masalah pertemanan. oh blog ku tercinta, mungkin malam ini ingin aku suarakan beberapa hal yang aku rasakan secara spontan tanpa perlu mendalami kaidah penulisan yang baik dan benar menurut bla bla bla bla bla
apa yang aku rasakan akhir-akhir ini adalah bingung, dengan keadaan yang balur tak menentu, tidak ada kata jelas tentang masalah yang terjadi antara pertemanan , aku bisu bagai patung, aku tertawa dengan lelucon gila meskipun ada hati yang luka, karena aku tak tau, karena aku  tak pernah diberi tau, maka aku pun pura- pura tak tau.
akhirnya karena aku masih punya hati dan nurani, aku cari tau, tapi tak dijelaskan apapun, malah pura-pura tidak tau. baik aku terima, makanya aku diam, karena aku lelah harus main kucing-kucingan.
aku benci kebohongan, aku benci ketidak jujuran, aku benci tawa palsu, aku juga benci tulus-tulus yang dipaksakan.
beginilah saat kedewasaan belum benar menjamah sampai ke otak terdalam, kita akan mudah merengek jika ada masalah, lari dari masalah, saling menyalahkan, diam, diam, tanpa ada penyelesaian,
tapi tunggu, aku diam bukan karena aku ingin lari, tapi karena aku sudah lelah untuk mengerti tapi tak ada yang butuh untuk aku mengerti, 
maka jangan salahkan aku menjadi sangat acuh begini
dan ingatlah kawan, kapanpun kalian butuh aku, aku tetap ada buat kalian, meskipun sekesal apapun hati ini pernah dibuat, seemosi apapun aku pernah larut, tapi aku tak akan melupakan teman.


beginilah 30 % dari suara hatiku yang baru bisa aku ungkapkan, semoga dilain kesempatan aku bisa mengungkapkan emosi lebih mendalam



No comments:

Post a Comment